Aki Logo
Permasalahan rumit dalam
masyarakat memerlukan solusi yang tidak mudah. Tidak ada jawaban yang sederhana
dari isu-isu sosial di Papua karena isu-isu tersebut adalah masalah dari
berbagai sudut. Bagi kita yang peduli kepada Tanah yang indah ini, melihat
semua permasalahan tersebut dapat membuat kita kecewa. Kita perlu mengalihkan
pandangan kita kepada cerita-cerita keberhasilan dari mereka yang berjuang
membangun tanah ini. Bukan hanya cerita kesuksesan mereka, tapi juga cerita
perjuangan mereka dimana mereka mengorbankan apa yang mereka miliki untuk
mempertahankan “Akar” yang tetap tertanam. Inilah alasan kenapa saya memohon
kita semua untuk memusatkan perhatian kita kepada hal-hal yang baik yang
terjadi di Tanah ini dan saya mau mendorong kita semua juga melakukan yang
sama. Saya ingin kita terinspirasi oleh para “Rootsman”; mereka yang tanpa
lelah memberi kita harapan melalui ketekunan mereka. Berikut adalah cerita
tentang seseorang bernama Aki Logo yang melakukan apa yang dia bisa lakukan,
berfokus hanya pada satu dari jutaan masalah multi-dimensi, tapi yang satu itu
membawa dampak.
Retaknya rumah tangga hanyalah
satu dari begitu banyak permasalahan di Papua. Keluarga adalah pusat dari
masyarakat, sebuah unit dimana semua anggotanya harus berdoa bersama, saling
mengasihi, dan saling menjaga satu sama lain. Namun, seringkali kita melihat
anak-anak kita mencari kasih dari orang lain, kasih yang mereka tidak terima
dari keluarga mereka sendiri—orang-orang yang tidak pantas dijadikan sebagai
teladan untuk anak-anak kita yang malahan merusak generasi mendatang. Ini
adalah fakta yang sedang terjadi. Tiap hari, anak-anak meninggalkan kampung
mereka dan keluarga mereka dimana mereka bisa dilindungi dan dituntun dengan
baik. Mereka pergi ke daerah perkotaan di Papua dimana biasanya lebih
berbahaya. Banyak anak-anak seperti ini ada di jalan-jalan di kota Wamena mulai
beberapa tahun belakangan ini. Hal yang sama juga terjadi di berbagai bagian di
Tanah Papua, dimana semakin hari semakin banyak anak-anak yang beramai-ramai
pergi ke kota untuk alasan sekolah, bekerja atau bermain, tapi keterpisahan
mereka dengan keluarga membuat mereka semakin sulit menolak hal-hal buruk yang
ditawarkan setiap hari.
Aki Logo telah bertahun-tahun menyadari
fakta ini. Tumbuh di Langda, di daerah pedalaman Papua, Aki mengerti
pentingnya keluarga dan bagaimana satu kampung benar-benar membesarkan seorang
anak dengan membantu mereka mengingat nilai-nilai penting dalam kehidupan. Pada
tahun 2000, Aki telah melihat arus urbanisasi di kota Wamena dan bagaimana
orang-orang muda memenuhi jalan-jalan. Ketika dia melihat AIDS menyebar dengan
cepat di antara generasi muda, dia memutuskan bahwa dia harus melakukan
sesuatu.
Dia menegaskan bahwa pendidikan
adalah jawabannya. Walaupun begitu, sering kali sekolah tidak mau menerima
anak-anak yang dilihat “terlalu tua” dan menahan teman-teman sekelasnya seperti
yang terjadi dengan banyak anak-anak yang mau bersekolah di Wamena. Selain itu,
banyak sekolah juga yang ingin menjaga sekolah mereka tetap “bersih” dengan
tidak mengijinkan pendaftaran dari anak-anak yang memiliki latar belakang
tinggal di jalanan. Hal ini hanya akan menciptakan masalah yang lebih besar
untuk anak-anak yang tidak tahu untuk apa lagi mereka hidup selain berjalan
kesana kemari di tengah kota dan membiarkan diri mereka menjadi rentan.
Pendidikan Aki dalam Bahasa Inggris,
kemampuannya dalam komputer dan Teknologi Informasi, dan juga pengalamannya
dalam pengembangan masyarakat juga menjadi bahan pokok utama dari apa yang ia
ingin berikan kepada anak-anak yang berbondong-bondong memenuhi jalanan kota
Wamena.
Pada tahun 2008, Tiranus
didirikan; sebuah sekolah yang memberikan harapan kepada ratusan anak-anak yang
tidak akan mendapatkan kesempatan bersekolah kalau bukan di situ. Berfokus pada
kemampuan-kemampuan praktis seperti Bahasa Inggris, kemampuan Komputer,
olahraga dan music, Tiranus telah menciptakan lingkungan ideal untuk anak-anak
dapat belajar dan mengembangkan rasa bangga dalam kemampuan mereka. Aki
mendahulukan pengajaran mengenai nilai-nilai kehidupan dan pembangunan
karakter. Dia mendorong murid-muridnya untuk saling menjaga satu sama lain agar
terhindar dari bahaya-bahaya yang terdapat di jalan seperti menghirup lem,
minuman keras, dan seks bebas. Pada intinya, Tiranus menyediakan keluarga yang
tidak dimiliki oleh anak-anak ini. Aki adalah seorang ayah dari begitu banyak
anak-anak, laki-laki dan perempuan, yang telah pergi dan memiliki karir yang
sukses. Beberapa menjadi guru, beberapa menjadi Pegawai Negeri, beberapa
kembali ke Tiranus untuk membantu anak-anak yang bernasib sama seperti mereka
sebelumnya.
Prioritas terbesar bagi seorang
Rootsman adalah keluarga, karena mereka tahu bahwa keluarga adalah inti dari
masyarakat. Tanpa keluarga, semua akan rubuh berantakan. Dengan memberikan
atmosfir kekeluargaan kepada seorang muda melalui pendidikan, Aki telah
memberikan mereka harapan. Aki peduli mengenai kehidupan anak-anak yang tinggal
di jalanan di Wamena. Dia ingin agar mereka juga memiliki kesempatan yang sama
seperti anak-anak lain yang memiliki keluarga dan situasi yang sehat di rumah.
Aki adalah seorang Rootsman yang
dapat kita teladani. Terlalu sering kita beralasan untuk tidak menjadi Rootsman
yang diperlukan oleh Tanah ini. Kita berpikir bahwa masalah-masalah yang ada di
Papua terlalu besar dan rumit untuk kita mulai mencari solusi. Kebenarannya adalah
semua orang diperlukan—semua harus turun tangan dalam memajukan Tanah ini. Mungkin
hanya satu bagian kecil dari permasalahan yang begitu rumit, tapi selama kamu
mengambil bagian dan melakukan apa yang kamu bisa lakukan sesederhana apapun
itu, kamu adalah seorang Rootsman dan tidak ada peran Rootsman yang kecil! Setiap
bagian adalah bagian yang penting, jadi lakukanlah apa yang bisa kamu lakukan!
Tuhan memberkati Aki Logo, Tuhan
memberkati setiap Rootsman Papua.
_____________________________________________________________
Complex issues within society require
complicated solutions. There is no simple answer to the social issues in Papua
because it is a multi-faceted problem. For those of us who care about this
beautiful land, looking at all the different parts of the problem can too often
bring us down. We need to intentionally look at the success stories of people
trying to build our land. Not only the success stories must be seen but also
the “struggle” stories in which people are putting skin into the game in order
to keep the “Roots”. That’s why I petition to focus on the good that is
happening here and strongly encourage others to do so as well. I want people to
be inspired by the ones acting as Rootsman; tirelessly giving us hope through their perseverance. Here is the story of a man named Aki Logo doing
what he can, focusing on only one area of the huge milti-faceted problem but
making an impact.
Broken homes are only one side of
the milti-faceted problem here in Papua. At the core of society, is the family unity
which must pray together, love each other, and protect one another. Too often
though, we see our kids turning to other people for the love they didn’t receive
from their family. Many times these people have no right to be seen as
role-models for our kids and are detrimental in the development of the next
generation. These are the facts though. Daily, children leave their villages
and their family unity where they should have had the protection and guidance
they needed. They go to urban areas of Papua where it is often more dangerous. Many
children like these have filled the streets of Wamena within the past years. This
is happening also in other parts of Papua as more and more kids flock to the
urban areas for school, work, and play but being separated from their family
makes it hard to stay away from the temptations of the day.
Aki Logo has
been well aware of this fact since years ago. Growing up in Langda, in Interior
Papua, Aki has known the importance of family and how a village truly does
raise a child by helping them remember the life values. In 2000, Aki was
already seeing the urbanization of Wamena and how young people were filling the
streets. When he saw that Aids was starting to spread fast among the young
generation, he decided he had to do something.
He confirmed that education was the
answer. Many times though schools do not except kids who are “too old” and might
hold back their classmates as is the case with many of the kids wanting to go
to school here in Wamena. Also, many schools oftentimes want to keep their
schools “clean” by not allowing enrolment of kids who have had a history on the
streets. This only creates a bigger problem for the kids who then have nothing
to do but continue their life wandering around the city opening themselves up
to the ways of this world. Aki’s education in English, abilities in computer
and IT, and his experience in community development also became prime
ingredients for what he desired to give the to the kids flocking the streets of
Wamena.
In 2008, Tiranus was born; a school
that would give hope to hundreds of kids who otherwise would not have the
chance to go to school. Focusing on practical skills such as English, computer
skills, sports and music, Tiranus has created an ideal environment for kids to
learn and develop pride in their abilities. Aki prioritizes life values and
character building. He encourages his students to keep each other accountable
in staying away from all the dangers of the streets such as glue-sniffing,
alcohol, and free sex. In essence, Tiranus has provided a family for these kids
who otherwise would be without family. Aki is as a father to so many boys and
girls has seen many of his students go on and have successful careers. Some
have become teachers, some have become government workers, some have even
returned to Tiranus to help the children they once were.
A huge priority
for a Rootsman is family because they know that family is the core of society.
Without family, all falls apart. By giving a young person a family through
education, Aki have been giving his children hope. Aki cares about the lives of
the kids living on the street here in Wamena. He wants them to have the same
opportunities as those who have families and healthy situations at home.
Aki is a Rootsman who can be a
model for us all. Too often all we have excuses for why we are not being the
Rootsman that this island need. We think that the problems are too big,
complex, and complicated to even start to find a solution to. The truth is
everyone is needed here in Papua; all hands must be on deck in order to help
this land more forward. It may be but one part of the complex problem but as
long as you are taking part and doing what you can, whoever small your part is.
There is no small role as a Rootsman. Every role is a big role so do what you
can!
Bless up Aki Logo, bless up all Papuan Rootsman.
Comments
Post a Comment