Sara Inggamer
(English version below)

Ini adalah Sara Inggamber. Tiap hari ia menjual pinang di Pasar Yotefa, Kota Jayapura. Kalau penjualan pinang berlangsung baik, Sara dapat menghasilkan Rp 150.000 dalam satu hari. Sepertiga dari hasil ini ia gunakan untuk membeli sirih dan kapur untuk penjualan esok hari. Sepanjang hari, ia juga merajut noken untuk dijual sembari menunggu pembeli pinang. Dia mencari nafkah dengan penjualan yang jujur, sepanjang hari, tak peduli seberapa panas terik matahari. Suaminya orang Sentani, juga bekerja sepanjang hari. Bersama mereka bekerja memenuhi kebutuhan dasar rumah tangga setiap hari dan juga menyekolahkan anak-anak mereka.

Mereka yang bekerja jujur seperti Sara satu per satu mati. Terlalu banyak orang yang tidak mau bekerja mencari nafkah secara jujur. Mereka ingin uang yang mudah. Mereka ingin pekerjaan yang tinggi, melakukan pekerjaan-pekerjaan penting sambil menggunakan seragam dan bekerja dalam ruangan ber-AC. Kita perlu lebih banyak orang yang rela bekerja seperti Sara. Mencari nafkah dari pekerjaan mereka sendiri, mencucurkan keringat bahkan darah ke dalam apa yang mereka kerjakan dan memperoleh penghasilan yang layak. Kenyataan yang menyedihkan adalah betapa dana yang diberikan cuma-cuma sebenarnya membunuh kita. Dana cuma-cuma membunuh martabat dan harga diri. Kita tidak layak makan jika kita tidak bekerja. Jika seseorang menerima sesuatu tanpa berusaha mendapatkannya, orang tersebut tidak layak menyebut hal tersebut sebagai miliknya. Ketika Sara menyajikan Papeda dengan Kuah Ikan Kuning untuk keluarganya, dia tahu bahwa kerja kerasnya sendiri yang membuatnya bisa menyajikan makanan tersebut. Kerja keras membawa martabat dan harga diri karena dia tahu dia mengerjakannya sendiri.

Sara adalah seorang pahlawan. Ia mewakili ratusan ibu-ibu dan perempuan-perempuan lain yang menjual barang-barang untuk menghasilkan uang bagi keluarga. Kerja keras dan ketekunannya yang mempertahankan mereka tetap di pinggir jalan menjual barang-barang kepada orang-orang yang lewat. Kerja keras mereka memotivasi saya dan mengatakan pada saya bahwa masih ada harapan. Ada harapan dari ketekunan mereka. Mereka adalah contoh  dan teladan untuk kita semua bahwa kita bisa memenuhi kebutuhan kita sendiri melalui kerja keras kita. Mereka menunjukkan bahwa kita bisa berbangga pada pekerjaan kita seberapapun sederhana pekerjaan tersebut. Tidak ada pekerjaan yang “rendah” selama pekerjaan tersebut dikerjakan dengan sepenuh hati.

Wanita yang duduk di pinggir jalan atau di pasar-pasar berjualan pinang dan menghasilkan uang seperti Sara, bukanlah semata-mata orang yang sekedar ada dan tidak memberi pengaruh dalam masyarakat. Sebaliknya, mereka adalah pusat dari masyarakat, mereka mewakili orang-orang Papua yang nafkahnya bergantung pada kesuburan tanah, yang makin lama makin menghilang. Kerja keras mereka menghasilkan makanan yang kita nikmati tiap hari; kerja keras mereka menyekolahkan kita; dan kerja keras mereka seharusnya terus memotivasi kita juga. Tidak mudah untuk duduk di bawah terik matahari di pinggir jalan yang berdebu melakukan apa yang mereka lakukan. Ketika kamu melihat wanita seperti Sara, berterimakasihlah kepada mereka dan doakan mereka. Mereka adalah Rootsman sebenarnya, yang menjaga Papua tetap seperti apa adanya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sara Inggamber

This here is Sera Inggamber. “Biak Timur” Every day she sells pinang here at Pasar Yotefa. Sara makes 150,000 rupiah on a good day selling pinang. A third of this is used to buy more siri and kapur for the next day. During the day, while she waits for costumers, she sows net bags to also sell. She makes an honest living from an honest pay, day-in day-out, no matter how hot the sun. Her husband a man from the Sentani tribe, works all day too. Together they make enough to fulfill basic household needs and put their child through school.

Those like Sara though are dying out. Too many people are unwilling to do the honest job for an honest living. They want easy money. They want “high up” jobs doing more “important things” in uniforms and air-conditioned rooms with. We need more people doing what Sara does; making a living from her own work, pouring their blood and sweat into what they do and earning what she deserves. The sad truth is that hand-outs are killing us here. Hand-outs kill dignity and pride. We don’t deserve to eat if we are not working. If someone receives something without working for it, that person has nothing to call their own. When Sara serves papeda with a side of kuah kuning for her family, she can knows that it was her own hard work that enabled it. This brings dignity to her because she knows that she did it on her own.

Sera is a hero. She represents hundreds of mothers, aunties, and sisters who sell produce to make money for their family. Her hard work and determination are what keep them there on the side of the road selling to the passers-by. Their hard work motivates me and tells me that there is hope. They give hope through their perseverance. They are examples for us all and models of how we can be self-sufficient through our own work. They show us that we can be proud of our job no matter how menial it may seem to others. There is now “low” job as long as we are doing it whole heartedly.

The women who sit on the side of the street or in the city market selling pinang and produce, like Sara are not simply bystanders or neutral parts of society. Rather, they are at the center of it. They represent the part of Papua that depends on this fertile land for a living that is slowly fading. Their hard work is the reason we have meals at night; their hard work put us through school; and their hard work should continue to motivate us too as well. It’s not easy sitting in the sun by the dusty road doing what they do. When you see women like Sara, thank them and pray for them. They are the true Rootsman who keep Papua what it is.
By: Dani Maxey and Jerry Fakdawer



Comments

Popular Posts